Minggu, 08 Agustus 2010

membuat kompos

MEMBUAT
KOMPOS
Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) LPTP Koya Barat, Irian Jaya No. 164/97
Diterbitkan oleh: Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Irian Jaya
Jl. Yahim – Sentani – Jayapura
Maret 1997 Agdex: 546
Pendahuluan
Untuk menunjang intensifikasi pekarangan di Irian Jaya telah dikaji teknik percocok
tanam sistim pupuk organik pada usahatani pekarangan. Sistim ini ternyata
menghasilkan volume tisik dan penerimaan petani yang lebih besar. Selain itu
anjuran terhadap teknik bercocok tanam dengan cara pupuk organik didasari atas
pertimbangan bahwa para petani di Irian Jaya pada umumnya belum menggunakan
pupuk dan pestisida secara intensif.
Penerapan sistim pupuk organik juga mempunyai aspek pelestarian lingkungan.
Dalam teknik bercocok tanam ini dianjurkan pengolahan tanah ganda, pembuatan
bedengan tinggi, penambahan pupuk kandang dan sistim tumpangsari. Karena
ketersedian pupuk kandang masih terbatas maka dilakukan adaptasi dengan
mengurangi pupuk kandang dan memberikan pupuk kompos.
Berikut ini adalah cara membuat kompos.
Cara membuat kompos
Ada beberapa alternatif cara yang dipilih sesuai kondisi lokal.
- Kompos jadi siap pakai
Pada daerah yang banyak terdapat sampah kota dan desa yang telah mengalami
proses pembusukan dan penghancuran yang cukup lama di alam terbuka, dapat
diterapkan cara ini, sebagai berikut:
- Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti
tanah
- Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
- Jemur sampai kering, lalu ayak
- Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.
Bahan:
- 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
- 6,5 m3 kulit buah kopi
- 750 kg kotoran ternak memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter)
- 30 kg abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat
1). Buatlah bak pengomposan dari bak semen.
Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah
satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m
(panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang
dihasilkan berair dan lunak.
2). Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak
pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme
aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas
tumpukan bahan tadi dengan abu.
3). Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk,
perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik
akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera
menurun lagi.
4). Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan
campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat
proses pengomposan.
5). 2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 -
3 bulan kompos sudah cukup matang.
6). Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 %
saja.
Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi
dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro atau
lainnya.
- Kompos Sistem Bogor
Bahan :
- Sampah mudah lapuk (garbage)
- Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
- Kotoran ternak memamah biak
- Abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat:
1). Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan
berukuran 2,5 x 2,5 meter.
2). Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi
tipis-tipis dan merata.
3). Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm.
4). Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.
5). Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm.
6). Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan
60 hari.
7). Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.
Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan
pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat
menggagalkan proses pengomposan.
(SR/021 /97)
Sumber:
1). Apriadji, W.H. 1989. Memproses Sampah
Penebar Swadaya Jakarta
2). Sihombing S. 1995. Laporan Pengkajian Sistem Pupuk Organik Pada
Usahatani
Pekarangan di Desa Besum Kabupaten Jayapura


Share

apa itu kompos

maaf baru tak baca lagi...wah ini udah lama pertanyaannya....
betul untuk pembuatan kompos perlu pengkondisian, kondisi yang
optimal,
sangat tergantung dari input material, proses yang digunakan dan
lingkungan pengomposan. Nah unutk proses yang paling sederhana,
perlu
optimasi terutama dari segi bahan. Dari segi proses ya yang
paling
sederhana di lahan terbuka, tapi untuk ini perlu pengkondisian
bahan,
serta pembalikan. Jadi untuk menjawab yang bagaimana yang
optimun, ini
tergantung sekali dari daerah masing masing. Kalau boleh tahu
anda ini
dari daerah mana? Terus yang penting selalu saya tekankan adalah
analisis
serta prediksi timbulan sampah serta prediksi perubahan
komposisi sampah.
begitu....kalau mau ayuk kita buat proyek di kota
anda.......siapa mau
ngacung.....

Saya mau hayo, tapi biayanya dr anda lho,

Saya juga mau nanya bagaimana caranya mensortir tumpukan sampah
dr bahan2 yg tdk diperlukan untuk pembuatan kompos, ini bukan pekerjaan
ringan, krn pengalaman sekitar thn 70an pernah minta satu truk sampah
kota dikirim ke lahan daerah saya, lha ternyata malah jadi repot, habis
didalamnya ada beling, plastik, kawat2, besi2, malah amat sangat
merepotkan sekali untuk membersihkan dr barang2 haram tsb, lha kalau tdk
nanti yg nyangkul akan kena/terluka.

|menurut saya, potensi pemanfaatan sampah sbg kompos itu relatif
tinggi di negara kita mengingat jumlah sampah yg dihasilkan sangat
tinggi, terutama sampah rumah tangga & jika mau & memungkinkan sistem
pengomposan per daerah (katakanlah per kompleks perumahan) akan dapat
dilakukan (kalo ngga salah di BSD telah dilakukan) ... lha ini kan bisa
menghemat biaya pengangkutan &
pembuangan sampah selain menghemat uang u/beli pupuk.
|mohon info lebih lanjut ttg kompos ini ...
|
|KS

benar ini ada kaitannya dengan reduksi volume sampah terbuang ke
TPA,
selain bahwa kita lihat sekarang tidak mudah cari lahan TPA.
Selain itu
dengan pengomposan, dapat menciptakan lapangan kerja baru.....ya
kan.

Dengan senang hati saya akan jawab pertanyaannya yang saya bisa
tentu.